Antara Senja dan Batas Waktu: Epik Jembatan Dawuhan Blitar yang Terlambat

Komisi III DPRD Kabupaten Blitar bahas masalah Jembatan Dawuhan
Komisi III DPRD Kabupaten Blitar bahas masalah Jembatan Dawuhan. (f/ist)

Ragamsumbar.com – Di balik kabut senja, jembatan Dawuhan di Kademangan, Kabupaten Blitar, menyimpan cerita gelap yang membuat hati bergoncang lunglai tak berdaya. 

Proyek ambisius senilai Rp. 7,4 miliar yang seharusnya menyelesaikan takdirnya pada 22 Desember 2023, kini menjadi naratif keterlambatan yang memilukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT


Bayang-bayang kemerosotan merayap pada progres jembatan Dawuhan, terpantau hanya mencapai 70 persen dari ekspektasi. 

IMG 20240117 WA0103
Proses Pengerjaan Jembatan Dawuhan.

DPRD Kabupaten Blitar memegang benang merah kelam ini, mencatat deviasi proyek yang semakin meluas. Padahal, jembatan ini menerima kesempatan perpanjangan, namun waktu seakan bermain melawan.

“Jembatan Dawuhan progres yang dicapai saat ini sekitar 70 persen mengalami deviasi sekitar 8 persen dari target, padahal pengerjaan itu sudah diberikan kesempatan perpanjangan pertama,” kata Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Blitar Sugianto (Sugik), Rabu (17/01/2024).

Bagi sang kontraktor, tak hanya peluang yang terancam, tetapi juga bayang-bayang blacklist menghampiri. 

Denda harian sebesar Rp. 7 Juta menambah tekanan, menyisakan rasa kegugupan di setiap langkah pembangunan. 

Kesempatan berlipat tidak menghapus ketegangan, dengan target terakhir disematkan pada 28 Februari 2024. Batas antara kehancuran dan kemenangan seolah tergantung pada detik-detik takdir.

“Itu kalau tidak selesai maka sisa dana harus dikembalikan ke pusat hal itu tentu menjadi beban untuk APBD,” tambah Sugik.

Namun, pertanyaan mengemuka tentang pemilihan kontraktor asal Aceh di awal lelang. Teror ketidakfamiliaran dengan kondisi lokal menjadi noda dalam tari misteri proyek ini. 

DPRD Kabupaten Blitar menyesalkan keputusan ini, seolah mempertanyakan apakah langkah-langkah itu seperti tarian canggung di atas panggung yang tak dikenal.

“Sebetulnya kontraktor dari mana saja tidak masalah, yang jadi masalah jika kontraktor yang berasal dari luar kota tidak tahu kondisi di sini sehingga molor seperti ini,” pungkas Sugik.

Jembatan Dawuhan, tak hanya potongan beton, melainkan juga benang kisah kehidupan. Penghubung antara Dusun Midodaren, Kaliandong, Klangkapan dengan Desa Dawuhan, dan jalan menuju wilayah Dawuhan bagian atas. 

Di dalam jembatan yang roboh pada Februari 2021 ini, tertulis kisah pilu seribu kepala keluarga (KK) yang menanti.

Hujan deras dan banjir, pelaku utama tragedi 2 tahun silam, membuat jembatan yang memiliki panjang 17 meter dan lebar 5 meter itu runtuh. 

Kini, di tengah upaya rekonstruksi dengan dana dari BNPB, jembatan Dawuhan memulai babak baru. Panjangnya akan mencapai 33 meter, menggantikan jejak sebelumnya yang tergores oleh waktu dan bencana.

Dalam bayang-bayang senja yang semakin meranggas dan diiringi nyanyian bisu tebing-tebing bukit Dawuhan, proyek ini bukan sekadar sekumpulan material konstruksi. 

Ia adalah epik hidup dan mati, dengan taruhannya adalah lebih dari sekadar beton dan besi. (Bud)

Baca berita Ragamsumbar.com lainnya di Google News

ADVERTISEMENT