Ragamsumbar.com – Menteri Sosial, Tri Rismaharini, menyampaikan Generasi Muda diharapkan dapat meneladani semangat leluhur tanah “perdikan” yang tidak pernah dapat dikuasai penjajah apalagi membayar pajak pada penjajah.
“Kita boleh kalah dalam persenjataan ataupun peralatan bahkan apapun, tetapi kita tidak boleh kalah dalam semangat dan daya juang yang sesungguhnya,” kata Mensos Risma setelah menerima Gelar Adat dari Yayasan Sentono Dalem Perdikan Majan (YASEDAM).
Dalam acara yang berlangsung Kamis 6 Juni 2024 malam di Kesepuhan Perdikan Majan, Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Mensos Risma dianugerahi gelar Raden Ayu Adinegoro (R.A.A). Gelar ini diberikan langsung oleh Ketua Umum YASEDAM, Raden Moh Ali Sodik dan disaksikan langsung oleh Dewan Sesepuh, Abah KH Raden Yasin dan Abah Raden H Mahmudi.
Gelar ini diberikan sebagai bentuk penghargaan atas peran dan dedikasi Tri Rismaharini sebagai tokoh perempuan yang terus mempertahankan sifat dan karakter mulia dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). YASEDAM menilai, sifat dan karakter yang dimiliki Mensos Risma selaras dengan nilai-nilai luhur yang dipegang oleh masyarakat adat setempat.
“Saya terus terang surprise , saya pernah diajak orang tua saya ke sini. Saya bersyukur mendapatkan kepercayaan gelar ini, namun yang utama adalah dapat silaturahmi dengan saudara-saudari saya, istilahnya nyambung balung pisah ,” ungkap Mensos Risma pasca menerima gelar adat.
Risma menambahkan bahwa ayahnya sering bercerita tentang kisah tanah “perdikan” yang salah satunya ditempati oleh leluhurnya ini, yang tidak bisa dijajah oleh Belanda.
Mensos Risma melanjutkan kisah tentang tanah “perdikan” yang tidak ada dalam peta penjajah, sehingga tidak pernah membayar pajak pada penjajah. Hal ini dikonfirmasi oleh tokoh masyarakat Majan yang merupakan Kepala Desa pertama, bahkan sampai tahun 1979 tanah “perdikan” Majan tidak pernah membayar pajak.
Peninggalan leluhur juga dapat dilihat di Museum NU, seperti: endog bledek (telor yang akan bergerak mengeluarkan suara keras manakala ada ancaman) sampai dengan ikat bahu dan keris serta doa-doa para kyai yang bermanfaat saat menghadapi penjajah.
Mensos Risma juga menyempatkan untuk silaturahmi dengan para sesepuh tanah “perdikan” Majan. Mensos juga mengunjungi Masjid dengan menara yang khas dan bangunan-bangunan yang telah dikunjunginya sewaktu kecil, juga ziarah ke makam para tokoh masyarakat setempat.
Dalam sambutannya sesaat setelah menerima Anugerah itu, Mensos Risma bercerita tentang pentingnya semangat juang pantang menyerah untuk generasi muda, dalam apapun keadaan kita. Karena leluhur kita sudah membuktikan hal itu dalam mengusir para penjajah.
“Inilah esensi utama kehadiran kita sebagai bangsa merdeka,” pungkasnya.
(*)